Minggu, 24 Oktober 2010

MAMI YANG LAHIRIN DEDE BUKAN SIH?

Adakalanya, sebagai orangtua agar bisa lebih memahami anaknya, bukan selalu memaksakan kehendak!

Tak seperti biasanya, hari itu si dede tidak mau sekolah. Alasannya masih mau menikmati dan membayangkan suasana liburan waktu di Puncak, Bogor, bersama teman-temannya. Ia merasa suasananya enak dan nyaman. Ada guru pembimbingnya yang menyenangkan.

Katanya, “Dede mau seharian di kamar aja!”

Tentu saja maminya tidak mengijinkan dan terus memaksanya untuk sekolah.
Karena waktu ke Puncak, sudah ijin 2 hari.

Karena dipaksa terus harus sekolah, akhirnya si dede mengeluarkan senjata ampuhnya dengan sebuah pertanyaan, “Sebenarnya mami yang lahirin dede, bukan sih?”

Tentu saja dijawab,”Iyalah!!”

“Kalau iya mami yang lahirin dede, seharusnya mami ngertiin perasaan anaknya dong!”

Sebuah kalimat yang meluncur dari bibir si dede yang membuat maminya tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Sebagai orangtua memang adakalanya harus bisa mengerti perasaan anaknya, bukan maunya selalu memaksakan kehendak sendiri kepada anaknya.
Karena tanpa kita sadari hal ini bisa mempengaruhi perkembangannya dikemudian hari.

Sebagai orangtua memang perlu selalu untuk memahami perasaannya, agar kita tidak semena-mena memperlakukan anak.
Belajar memahami perasaannya, bukan berarti harus menuruti segala kemauannya dan membiarkan anak bertindak semaunya.

Pada akhirnya, dengan malu-malu saya harus ucapkan terimakasih pada si dede!

Tidak ada komentar: